PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN 
|  | 
| Proses Pembentukan Pegunungan | 
Proses pembentukan pegunungan disebut Orogenesis
Proses pembentukan pegunungan disebut dengan proses orogenesis. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani oros (pegunungan) dan genesis (pembentukan atau mula jadi). Sistem pegunungan akibat dari proses tersebut menunjukkan adanya suatu gaya yang sangat besar yang mengakibatkan terjadnya perlipatan (folded), pensesaran (faulted) dan umumnya merubah bentuk bagian kerak bumi yang besar. Meskipun gaya
 yang sangat besar merupakan faktor utama pembentukan pegunungan ini, 
tetapi hasil kerja proses-proses eksogen oleh air ataupun es yang 
mengerosi pegunungan tersebut, menyebabkan kenampakan bentang alam 
pegunungan tersebut lebih indah.
Proses orogenesis dapat dijelaskan dengan baik, baru beberapa waktu belum lama ini dengan teori tektonik lempeng (plate tectonic). Teori
 ini telah menarik para ahli geologi untuk menerangkan mengenai proses 
pembentukan pegunungan. Sebelum membahas mengenai teori tersebut, akan 
diuraikan lebih dahulu mengenai proses pengangkatan dan perubahan bentuk
 kerak bumi.
Pengangkatan Kerak Bumi (crustal uplift)
            Fosil-fosil
 kerang invertebrata laut yang dijumpai di pegunungan, menunjukkan bahwa
 batuan yang menyusun pegunungan tersebut merupakan batuan sedimen yang 
terbentuk di laut. Kemudian setelah binatang tersebut mati dan berubah 
menjadi fosil, terjadi suatu proses pengangkatan, sehingga batuan 
sedimen yang terbentuk di laut tersebut membentuk pegunungan. Kejadian 
semacam ini (pengangkatan kerak bumi) merupakan proses geologi yang 
sangat umum dalam sejarah bumi ini. Tetapi muncul suatu pertanyaan, 
mengapa terjadinya suatu proses pengangkatan ini tidak selalu dapat 
dengan mudah diketahui sebagai akibat dari suatu proses pergerakan.
            Telah
 kita ketahui, gaya gravitasi memegang peranan penting yang menentukan 
ketingian suatu permukaan bumi. Litosfera yang disusun oleh material 
yang lebih ringan akan mengapung dan mudah mengalami deformasi (perubahan bentuk) di atas astenosfer. Konsep mengenai pengapungan karena keseimbangan gravitasi ini disebut isostasi.
 Daerah pegunungan merupakan bagian kerak bumi yang tipis. Pegunungan 
tidak hanya merupakan bentang alam yang tinggi, tetapi juga merupakan 
sumber material bagi tempat-tempat yang rendah. Kenampakan ini dapat 
dijelaskan dengan data seismik dan gravitasi.
            Dari
 ide tersebut menunjukkan bahwa litosfer di bawah samudera lebih tipis 
daripada litosfer yang menyusun benua, karena elevasinya jauh lebih 
rendah. Meskipun telah kita ketahui bahwa batuan penyusun kerak samudera
 ini mempunyai spesifik grafitasi yang lebih besar daripada batuan 
penyusun kerak benua. Hal tersebut merupakan faktor lain yang 
menunjukkan mengapa kerak samudera terletak di bawah kerak benua.
            Apabila
 konsep isostasi ini benar, maka apabila beban di atas kerak bumi 
ditambah, akan terjadi penurunan kerak bumi. Sebaliknya apabila beban 
tersebut berkurang atau dihilangkan, maka akan terjadi pengangkatan 
kerak bumi. Perisitiwa terjadinya pergerakan semacam ini sangat didukung
 oleh teori penyesuaian isostasi.
            Jadi
 pegunungan merupakan penebalan kerak bumi yang tidak sebenarnya yang 
tetap mempunyai ketinggian diatas rata-rata daerah sekitarnya. Seiring 
dengan terjadinya pengikisan material oleh proses erosi, penyesuaian 
isostasi akan terjadi secara bertahap pada pegunungan tersebut. Secara 
berangsur pula bagian terdalam dari pegunungan tersebut akan mengalami 
pengangkatan sampai pada kedalaman yang dangkal dengan kerak 
disekililingnya. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah bagaimana bagian 
yang tebal (penebalan) dari kerak bumi tersebut terjadi???
DEFORMASI BATUAN
            Apabila
 batuan mendapat tekanan yang besarnya melebihi daya tahan batuan itu 
sendiri, maka batuan akan mengalami perubahan. Pada umumnya perubahan 
tersebut membentuk struktur perlipatan (folding) atau retakan (fracturing).
 Hal tersebut sangat mudah untuk digambarkan bagaiman suatu masa batuan 
akan pecah. Tetapi seberapa besar unit batuan dapat melengkung membentuk
 suatu perlipatan tanpa batuan tersabut pecah selama proses perubahan 
terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para ahli geologi melakukan
 percobaan di laboratorium pada batuan yang diberi gaya dengan melakukan
 simulasi pada kondisi yang sesuai dengan kondisi di bawah permukaan 
bumi. Meskipun batuan penyusun kerak bumi mempunyai ketahanan bervariasi
 dalam menerima gaya, karakteristik umum dari perubahan batuan dicobakan
 pada percobaan tersebut. Para ahli geologi mendapatkan bahwa apabila 
tekanan (stress) diberikan perlahan dan dibawah tekanan yang rendah, 
batuan akan mengalami perubahan secara elastis. Perubahan
 ini disebut elastic deformation, seperti karet batuan akan kembali pada
 bentuk dan ukuran semula ketika tekanan (stress) tersebut dihilangkan. 
Sebaliknya apabila batas elastisitas batuan dilewati, batuan akan pecah 
atau mengalami perubahan secara plastis. Perubahan plastis (plastic 
deformation), menghasilkan perubahan yang tetap, maksudnya bentuk dan 
ukuran unit batuan akan berubah menjadi perlipatan. Pada pecobaan di 
laboratorium menunjukkan bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang 
tinggi, kebanyakan batuan mengalami perubahan bentuk secara plastis 
apabila batas elastisitas batuan dilewati.
            Macam gaya yang bekerja pada batuan dapat dilihat pada gambar 6.1
Pensesaran (faulting)
            Sesar (fault),
 sering juga disebut patahan, merupakan retakan pada batuan kerak bumi 
yang disertai dengan pergeseran sepanjang retakan tersebut. Sesar 
dikategorikan dengan dasar pergerakan relatif antara bagian-bagian yang 
terletak di kedua sisi dari bidang sesarnya. Pergerakan tersebut dapat 
horisontal, vertikal maupun menyudut (oblique).
|  | 
                Gambar 6.1. Macam gaya yang bekerja pada batuan
            Sesar dengan pergerakan vertikal dari bagian yang tersesarkan disebut dengan  sesar dip-slip (dip-slip faults). Sesar vertikal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar (hanging wall) bergerak relatif ke bawah daripada bagian yang terletak di bawah bidang sesar (foot wall), disebut dengan  sesar normal atau sesar turun (normal faults, gravity faults) (Gambar 6.2). Sedangkan apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar rekatif bergerak ke atas, disebut dengan  sesar naik (reverse fault) (gambar 6.3). Sesar naik dengan sudut yang sangat kecil disebut dengan  thrust faults.
 Suatu thrust fault yang sangat panjang (seperti yang terjadi di 
Pegunungan Appalachians) diakibatkan oleh suatu gaya kompresi yang kuat.
            Sesar yang pergeserannya dominan horisontal atau sepanjang jurus sesar tersebut disebut dengan sesar geser (strike-slip fault). Sesar geser yang besar pada umumnya berasosiasi dengan batas-batas lempeng disebut dengan transform faults.
 Transform faults mempunyai kemiringan yang hampir tegak dan dapat 
berhubungan dengan struktur yang besar semacam bagian dari pematang 
dasar laut (oceanic ridges). Salah satu contoh dari transform faults 
adalah sesar San Andreas di California USA, yang mempunyai pergeseran 
sampai beberapa ratus kilometer. Sesar dengan pergerakan vertikal dan 
horisontal disebut dengan  oblique-slip fault.
            Pergerakan-pergerakan
 yang terjadi pada bagian-bagian yang tersesarkan dapat menunjukkan 
macam-macam gaya yang bekerja pada kerak bumi. Sesar normal menunjukkan 
adanya  gaya tarik (tension) yang menarik 
bagian dari kerak bumi. Proses penarikan ini dapat terjadi karena 
pengangkatan yang mengakibatkan permukaan meregang dan kemudian pecah 
atau oleh gaya horisontal yang menyebabkan bagian kerak bumi terputus. 
Sesar normal pada umumnya terjadi pada pusat pemekaran (spreading 
center) pada divergensi lempeng kerak bumi. Bagian yang turun (rendah) 
yang dibatasi oleh dua buah sesar normal disebut graben. Sedangkan bagian yang naik (tinggi) disebut dengan  horst.
|  | 
Karena pada sesar naik (reverse & thrust faults), bagian yang tersesarkan 
bergerak relatif di atas bagian yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa sesar ini diakibatkan oleh gaya kompresi (compressional force).
 Pada umumnya bagian kerak bumi yang mengalami gaya ini adalah pada 
batas konvergensi dari lempeng kerak bumi, dimana lempeng-lempeng kerak 
bumi saling bertumbukan. Gaya kompresi ini pada kerak bumi selain dapat 
membentuk sesar juga dapat membentuk perlipatan. Akibat dari adanya 
perlipatan ini adalah penebalan dan penipisan batuan yang mengalami 
gaya.
|  | 
Perlipatan (Folding)
            Selama
 proses pembentukan pegunungan, batuan volkanik dan batuan sedimen yang 
mendatar, akan mengalami pelengkungan membentuk suatu seri lipatan. 
Proses tersebut mengakibatkan adanya pemendekan dan penebalan dari 
batuan penyusun kerak bumi. Gambar 6.3 menunjukkan struktur perlipatan 
yang sangat umum. Bagian perlipatan yang menonjol ke atas disebut dengan
 antiklin (anticline), sedangkan bagian yang cekung disebut dengan sinklin (sincline). Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya, perlipatan dapat dibedakan menjadi perlipatan simetri, asimetri dan menggantung (overtuned).
            Suatu perlipatan tidak selalu menerus, pada suatu saat perlipatan tersebut akan berhenti. Apabila sumbu perlipatan tersebut menunjam ke dalam kerak bumi, maka perlipatan tersebut disebut perlipatan menunjam. Gambar 6.4 menunjukkan contoh dari perlipatan menunjam dan pola dari struktur tersebut yang telah mengalami proses erosi.
|  | 
                Gambar  6.3 dan 6.4 Struktur geologi perlipatan dan perlipatan menunjam
            Meskipun
 kebanyakan perlipatan disebabkan oleh gaya kompresi, tetapi ada 
perlipatan yang diakibatkan oleh gaya vertikal. Perlipatan yang 
diakibatkan oleh gaya vertikal ini membentuk suatu struktur yang 
melingkar yang menunjam ke segala arah. Perlipatan semacam ini yang 
cembung disebut struktur  kubah (domes), sedangkan yang cekung disebut  basin.
 Pada struktur kubah, bagian pusatnya (inti) disusun oleh batuan yang 
lebih tua, sedangkan pada struktur basin bagian tengahnya disusun ole 
batuan yang lebih muda (Gambar 6.5)
TIPE-TIPE PEGUNUNGAN LIPATAN
            Meskipun
 tidak ada suatu rangkaian pegunungan yang sama satu sama lain, tetapi 
suatu sistem pegunungan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada 
karakteristiknya yang dominan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka ada 4
 (empat) tipe sistem pegunungan, yaitu :
1.                  Pegunungan perlipatan (folded mountain)
2.                  Pegunungan volkanik (volcanic mountain)
3.                  Pegunungan patahan (fault-block mountain) dan
4.                  Upward mountain
|  | 
                       Gambar 6.5 Struktur kubah dan basin
Pegunungan lipatan (folded mountains)
            Pegunungan
 lipatan merupakan suatu sistem pegunungan yang kompleks dan besar. 
Meskipun perlipatan merupakan struktur yang sangat dominan penyusun 
sistem pegunungan ini, kenampakan geologi lainnya sering dijumpai 
seperti sesar, metamorfisme dan aktivitas magma. Semua deretan 
pegunungan yang besar di dunia ini seperti Pegunungan Alpen, Ural, Himalaya
 dan Appalachian, merupakan sistem pegunungan lipatan. Karena hampir 
semua deretan pegunungan yang besar di dunia ini merupakan sistem 
pegunungan lipatan, maka proses pembentukan pegunungan selalu 
dihubungkan dengan pegunungan lipatan.           
Pegunungan patahan (Fault-block mountains)
            Sistem
 pegunungan patahan merupakan sistem pegunungan yang terbentuk akibat 
pensesaran dari blok-blok bnatuan yang besar, biasanya berhubungan 
dengan pengangkatan sepanjang sesar normal dengan sudut yang besar.
            Contoh
 yang baik untuk sistem pegunungan ini adalah deretan pegunungan di 
Basin and Range Province, suatu pegunungan yang melalui Nevada dan 
sebagian Utah, New Mexico, Arizona dan California di Amerika Serikat. 
Disini kerak bumi telah mengalami penghancuran menjadi berkeping-keping,
 yang kemudian terangkat menjadi rangkaian pegunungan yang hampir 
sejajar dengan panang sampai 80 km dan muncul diatas ketinggian 
rata-rata di atas batuan sedimen yang ada di sekitarnya.
Upward mountains
            Sistem
 pegunungan ini merupakan tipe pegunungan yang sangat berbeda. Beberapa 
sistem pegunungan ini mempunyai batuan beku dan batuan metamorf sebagai 
batuan dasar, yang telah mengalami proses erosi dan kemudian tertutupi 
oleh batuan sedimen. Kemudian setelah daerah tersebut mengalami 
pengangkatan, proses erosi memindahkan batuan sedimen, sehingga inti 
dari pegunungan ini yang terdiri dari batuan beku dan batuan metamorf 
muncul ke permukaan dan meninggalkan topografi yang lebih tinggi dari 
daerah di sekitarnya.
            Pada
 umumnya bagian yang terangkat tersusun oleh batuan dasar yang berumur 
lebih tua yang tertutupi oleh lapisan yang relatif tipis dari batuan 
sedimen. Lama kelamaan, batuan sedimen ini akan tererosi, sehingga inti batuan dasarnya akan muncul. Di
 beberapa tempat, lapisan batuan sedimen yang tersisa menempati 
sayap-sayap dari pegunungan batuan kristalin yang menjadi intinya. 
Morfologi ini sangat mudah dikenali, karena perlapisan yang tersisa ini 
menunjukkan suatu tebing yang terjal disebut dengan hogbacks.
PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN DAN TEKTONIK LEMPENG
            Seperti
 yang telah diketahui sejak lama, bahwa suatu sistem pegunungan 
mempunyai banyak kenampakan yang umum. Dari hal tersebut, para ahli 
geologi dapat menyimpulkan bahwa sistem tersebut memiliki sejarah 
pembentukan yang berbeda. Beberapa sistem pegunungan muda sejajar dengan
 pantai suatu benua. Mereka disusun oleh batuan sedimen yang sangat 
tebal  dapat mencapai 15.000 m dan telah mengalami
 perlipatan, persesaran dan diterobos oleh tubuh batuan beku. Sampai 
pada dekade terakhir dipercaya bahwa batuan sedimen tersebut dibentuk 
oleh proses sedimentasi pada cekungan yang mengalami penurunan perlahan 
yang disebut geosinklin. Setelah ketebalan yang sangat besar dari
 sedimen tersebut terbentuk,suatu gaya horisontal dari sisi-sisi 
geosinklin tersebut menekan sedimen sehingga mengalami pemendekan dan 
penebalan dari kerak bumi. Proses ini menghasilkan suatu sistem 
pegunungan yang tinggi dan secara bersamaan menekan sedimen tersebut ke 
tempat yang lebih dalam pada kerak bumi. Juga dipercaya, sedimen yang 
tertanam jauh di dalam bumi menyebabkan magma menerobos ke atas pada 
batuan sedimen yang tidak mencair. Jadi suatu rantai kompleks pegunungan
 terdiri dari batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan mengelilingi 
tubuh batuan beku intrusi dan batuan metamorf yang terbentuk.
            Meskipun
 konsep geosinklin pada pembentukan pegunungan memiliki banyak kebaikan,
 tetapi penyebab proses orogenesa yang mendasari proses pembentukan 
tersebut tetap tidak dapat dijelaskan. Apa yang dihasilkan dari proses 
penurunan pada geosinklin? Mengapa sedimen yang terakumulasi relatif 
tidak mengalami gangguan untuk jangka waktu yang cukup lama dan 
tiba-tiba mengalami proses deformasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut 
yang menyebabkan para ahli geologi tetap mencari jawaban dari 
problem-problem yang kompleks pada proses pembentukan pegunungan.
            Dengan
 berkembangnya teori tektonik lempeng, beberapa pertanyaan yang muncul 
pada teori geosinklin dapat dijawab. Teori yang baru memberikan suatu 
ide bahwa suatu orogenesa disebabkan oleh karena suatu segmen yang besar
 dari kerak bumi mengalami pergeseran. Berdasarkan teori tektonik 
lempeng, pembentuk pegunungan terjadi pada batas lempeng yang konvergen.
 Pada lempeng-lempeng yang saling bertumbukan ini menyebabkan terjadi 
suatu gaya kompresi yang melipat, mensesarkan dan mengubah endapan 
sedimen yang tebal yang terakumulasi pada lereng benua. Sedangkan 
pencairan dari kerak samudera yang menunjam merupakan sumber magma yang 
menerobos batuan-batuan yang telah mengalami deformasi.
Orogenesis pada zona subduksi
            Pada
 tahap awal dari perkembangan suatu sistem kompleks pegunungan, bagian 
tepi kontinental masih stabil (pasif). Bagian ini bukan merupakan batas 
dari lempeng benua, tetapi merupakan bagian yang sama yang bergabung 
dengan kerak samudera. Contoh yang bagus untuk keadaan tepi kontinen 
yang pasif sekarang ini adalah pantai timur Amerika serikat. Disini 
seperti tepi kontinen lainnya yang mengelilingi Samudera Atlantik, 
proses pengendapan sedimen menghasilkan suatu endapan yang tebal dari 
batupasir, batugamping dan serpih.
            Pada
 suatu saat, tepi benua menjadi aktif, sehingga terbentuklah zona 
subduksi dan proses deformasi mulai terjadi. Tempat baik untuk 
mengetahui suatu tepi kontinen yang aktif adalah pantai barat Amerika 
Selatan. Di tempat ini lempeng Nazca menunjam di bawah lempeng benua 
amerika Selatan sepanajng palung Peru – Chili. Zona penunjaman ini 
kemungkinan terbentuk  bersamaan dengan pemekaran 
benua Pangaea. Pada saat lempeng amerika selatan berpisah dengan lempeng
 afrika dan perlahan bergerak ke arah barat, kerak samudera yang 
berbatasan dengan Amerika Selatan tertekuk dan terlipat di bawah kerak 
kontinental. Perubahan pada kerak samudera ini akan memberikan efek pada
 kerak kontinen yang ada diatasnya. Pada kasu ini batuan sedimen yang 
menyusun lempeng Nazca yang merupakan lereng tepi benua mengalami 
deformasi dan menghasilkan suatu kompleks pegunungan yang dikenal  dengan nama Pegunungan Andes bagian Timur.  
            Penunjaman
 dan pencairan sebagian dari lempeng Nazca mengakibatklan perkembangan 
dari busur vulkanik. Pada beberapa sistem busur aktivitas vulkanik 
merupakan gejala yang sangat mudah dikenali, tetapi sebagian besar dari 
magma mengalami perpindahan tempat jauh di bawah permukaan bumi dan 
membentuk tubuh batuan beku batolit. Hal tersebut mengakibatkan proses 
penebalan dari kerak kontinental. Selanjutnya aktivitas tersebut 
dilanjutkan dengan proses pengangkatan. Akibat dari proses penebalan 
kerak kontinen ini, pegunungan andes terangkat sampai beberapa kilometer
 di atas palung laut.
            Selama
 perkembangan busur vulkanik, batuan sedimen yang berasal daratan akan 
mengalami perombakan dan terkonsolidasikan kembali pada sisi yang 
berlawanan dengan jalur palung laut. Penumpukan batuan metamorf yang 
terbentuk dari batuan yang berasal dari kerak samudera membentuk 
kompleks melange. Batuan metamorf yang terdapat pada komplek 
mel;ange terbentuk pada kondisi tekanan yang tinggi dari proses tumbukan
 lempeng tektonik, tetapi pada kondisi temperatur yang agak rendah. 
Akibatnya batuan tersebut dapat dibedakan dengan batuan metamorf yang 
terbentuk pada temperatur tinggi yang berasosiasi dengan tubuh batuan 
beku intrusif. Apabila komplrks melange dijumpai pada bagian dalam dari 
kerak kontinen, hal tersebut menunjukkan daerah tersebut merupakan zona 
subduksi. Keadaan demikian sangat baik dan merupakan suatu petunjuk 
untuk menceritakan sejarah geologi kawasan tersebut.
Tumbukan kontinental
            Sampai
 pada bagian ini telah diuraikan proses pembentukan jalur orogenesis 
yang terbentuk akibat tumbukan antara kerak kontinental dengan kerak 
samudera. Tumbukan antara dua lempeng tektonik kadang-kadang terjadi 
juga antara kerak benua dan kerak benua. Karena batuan penyusun kerak 
benua relatif mengambang, maka kemungkinan terjadinya tumbukan antara 
fragmen kerak benua sangat besar. Contoh dari peristiwa ini terjadi 
sekitar 45 juta tahun yang lalu ketika India bertumbukan dengan asia. 
India yang pada awalnya bersatu dengan antartika, telah berjalan sejauh 
hampir 5000 km sebelum terjadinya tumbukan tersebut. Akibat dari proses 
tumbukan tersebut, terbentuk Pegunungan Himalaya dan Daratan Tinggi 
Tibet. Meskipun sebagian besar kerak samudera memisahkan massa daratan 
tersebut sebelum terjadinya tumbukan, tetapi sebagian lainnya telah 
dihubungkan oleh endapan sedimen laut dalam yang juga mengalami 
peremasan dan sekarang dijumpai pada tempat yang sangat tinggi dari 
permukaan laut. Setelah adanya proses tumbukan, bagian kerak samudera 
yang menunjam pada kerak kontinental akan terus bergerak jauh ke dalam.
            Rangkaian
 pegunungan lainnya yang menunjukkan kejadian tumbukan kerak benua 
adalah Pegunungan alpen, Ural dan Appalachian. Pegunungan Appalachian 
diperkirakan merupakan pertemuan antara Amerika Utara, Eropa dan Afrika 
Utara. Meskipun ketiganya sekarang telah terpisahkan, ketiganya 
menunjukkan bagian dari superkontinen Pangaea tidak lebih dari 20 juta 
tahun lalu.
             Orogenesis dari suatu rangkaian kompleks pegunungan dapat diuraikan sebagai berikut :
- setelah pengahncuran dari kerak kontinental, endapan sedimen yang tebal terbentuk di sepanjang tepi kontinental yang stabil (pasif). Hal ini akan menyebabkan bertambah luasnya kerak kontinental.
- Dengan suatu sebab yang belum dimengerti, cekungan lut semakin mendekat dan konvergensi dengan kerak kontinen mulai terjadi.
- Hasil konvergensi kerak tersebut terjadilah penunjaman kerak oseanik ke bawah kerak kontinental dan aktivitas magma mulai terjadi. Aktivitas magma ini menghasilkan pembentukan busur vulkanik yang letaknya hanya beberapa ratus kilometer ke arah laut dari pantai purba.
- Rombakan hasil erosi dari busur vulkanik dan daratan ditambah rombakan sedimen yang berasal dari kerak yang menunjam, akan menambah sedimen sepanjang tepi kontinental.
- Konvergensi selanjutnya menyebabkan laut dangkal di belakang busur vulkanik akan semakin menyempit. Proses orogenesis ini akan mengakibatkan terjadinya deformasi dan metamorfisme sedimen belakang busur vulkanik dan berasosiasi dengan rombakan batuan vulkanik seperti pada busur vulkaniknya sendiri.
- Pada saat kerak kontinental bertumbukan, asosiasi aktivitas magma, proses deformasi dan metmorfisme sedimen yang terjebak, akan menghasilkan batuan kristalin sebagai inti dari rangkaian pegunungan yang baru. Bersamaan dengan deformasi dataran oseanik ini menganjak ke arah daratan. Endapan laut dangkal yang membentuk paparan benua akan terlipatkan dan tersesarkan membentuk sesar naik dengan sudut relatif kecil.
- Akhirnya perubahan pada batas lempeng berakhir dan rangkaian pegunungan berkembang hanya erosi selanjutnya yang akan merubah bentuk bentang alam tersebut.
            Urutan
 proses tersebut telah terjadi berulang kali selama waktu geologi di 
masa lalu. Hanya tingkat deformasi, tatanan geologi dan iklim yang 
berbeda-beda untuk setiap proses. Jadi setiap kejadian pembentukan suatu
 rangkaian pegunungan merupakan event yang unik.
Orogenesis dan pertumbuhan kontinental
            Pada
 awalnya, teori tektonik lempeng memberikan inspirasi dua mekanisme 
terjadinya proses orogenesis. Pertama, tumbukan lempeng kontinen 
diberikan untuk menerangkan proses pembentukan rangkaian pegunungan 
seperti Alpen, Himalaya dan Appalachian. Kedua, pegunungan tipe Andes, 
proses orogenesis berasosiasi dengan zona penunjaman dari kerak samudera
 yang menjelaskan proses pembentukan rantai pegunungan circum pacific. 
Penemuan yang terbaru menunjukkan adanya mekanisme lainnya pada proses 
orogenesis. Penemuan tersebut antara lain adalah fragmen kerak bumi yang
 relatif kecil bertumbukan dan bergabung dengan tepi benua. Akibat dari 
proses tersebut telah terjadi perkembangan beberapa sistem pegunungan di
 sekeliling Pasifik.
            Para
 peneliti percaya bahwa pertumbuhan kerak kontinental diawali dengan 
kerak kontinental yang kecil, seperti kenampakan Madagaskar sekarang 
ini. Sedangkan beberapa lainnya pada awalnya terdapat di dasar laut 
kemudian mengalami pengangkatan. Lebih dari seratus kenampakan yang 
demikian disebut dataran tinggi oseanik telah diketahui 
keberadaanya sekarang ini. Dataran tinggi semacam ini yang dipercaya 
sebagai penenggelaman kerak kontinental, lenyapnya busur vulkanik atau 
penenggelaman rangkaian vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas titik 
panas (hot spot).
            Pandangan
 yang sekarang muncul adalah kerak oseanik yang bergerak akan membawa 
dataran tinggi oseanik atau fragmen kerak kontinental menuju zona 
subduksi. Di tempat ini fragmen dari kerak tersebut akan 
terpotong-potong dan akan terangkat dalam potongan-potongan yang tipis 
ke atas blok kontinental yang telah ada sebelumnya. Material baru yang 
terbentuk tersebut disebut terrane, yang akan menambah luas kerak kontinental dan akan terus terdorong lebih ke daratan oleh desakan potongan kerak lainnya.
ORIGIN DAN EVOLUSI KERAK KONTINENTAL
            Pada
 bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa teori tektonik lempeng 
telah menjelaskan suatu model pengujian pembentukan rangkaian kompleks 
pegunungan. Tetapi apa peran teori tektonik lempeng dan pembentukan 
pegunungan pada mulajadi dan evolusi kerak kontinental? Pada saat ini 
tidak ada jawaban yang dapat menjelaskan pertanyaan tersebut. Belum 
adanya kesepakatan dianatara para ahli geologi disebabkan oleh 
kompleksnya material penyusun kerak kontinental, sehingga sulit untuk 
menerangkan sejarah pembentukannya. Tetapi selama dua dasawarsa terakhir
 ini suatu lonjakan yang besar telah terjadi mengenai ilmu geologi dan 
teka-teki yang selama ini muncul mulai dapat diberikan jawabannya.
            Salah
 satu pendapat mengatakan bahwa kerak kontinental mengalami pertumbuhan 
menjadi lebih besar sepanjang waktu geologi oleh penambahan material 
yang berasal dari mantel bumi bagian atas. Prinsip dasar dari hipotesis 
ini adalah kerak bumi pada awalnya adalah kerak samudera dan kerak 
kontinental sangat kecil bahkan mungkin tidak ada. Selanjutnya dikatakan
 pembentukan material penyusun kerak kontinental terjadi dalam dua fase 
yang berbeda. Fase pertama terjadi pada mantel bumi bagian atas tepat di
 bawah pematang samudera. Di tempat ini pencairan sebagian batuan 
peridotit menghasilkan magma basaltik yang naik ke atas membentuk kerak 
samudera. Batuan dasar samudera kaya akan silika, potasium dan sodium 
dan miskin akan besi dan magnesium dibandingkan dengan batuan yang 
berasal dari mantel bumi bagian atas.
 
